Rumus 5W+1H tak hanya digunakan dalam penulisan berita tapi juga digunakan pada bidang ilmu lainnya seperti menulis sebuah cerita, termasuk karangan fiksi. Dapat dikatakan, fungsi 5W+1H bertujuan untuk membuat perumusan masalah. Dalam bahasa Indonesia, rumus 5W+1H yang terdiri atas what, where, when, who, why, how ini dikenal dengan sebutan adiksimba: apa, dimana, kapan, siapa, mengapa, bagaimana.1. What = ApaMenjelaskan peristiwa yang sedang terjadi.Contoh pertanyaannya adalah:"Apa yang terjadi?""Apa dampak yang ditimbulkan?""Apakah ada keuntungan/kerugian?""Apa saja pendapat orang-orang tentang peristiwa itu?".2. Who = SiapaMenjelaskan pelaku dan orang-orang yang mendukung dalam peristiwa tersebut.Contoh pertanyaannya adalah:"Siapa saja tokohku?""Siapa saja yang terlibat?""Siapa yang mendapat masalah?""Siapa yang harus bertanggung jawab?""Siapa yang menemukan solusi?".3. When = KapanMenjelaskan waktu-hari, jam, menit, detik, peristiwa itu terjadi.Contoh pertanyaannya adalah:"Kapan peristiwa itu terjadi?""Seberapa sering peristiwa itu terjadi?""Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk (berlangsungnya) peristiwa itu?".4. Where = DimanaMenjelaskan lokasi atau tempat peristiwa itu terjadi.Contoh pertanyaannya adalah:"Dimana peristiwa ini terjadi?""Dimana peristiwa itu terjadi?".5. Why = MengapaMenjelaskan sebab-akibat dari suatu peristiwa yang terjadi.Contoh pertanyaannya adalah:"Mengapa peristiwa ini terjadi?""Mengapa peristiwa itu terjadi?'.6. How = BagaimanaMenjelaskan bagaimana proses terjadinya peristiwa dari awal serta bagaimana mencari solusi untuk penyelesaiannya.Contoh pertanyaannya adalah:"Bagaimana peristiwa itu terjadi?""Bagaimana penyelesaiannya?"
<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc9LfdNUpxQZLEEPy5da1D71IZFEEzyOMK0BwLVD72DI_z896JMxFg4mTYFeve8tYBqVkOo1jI4Ic0fnVtTO3wNRQJkaO5S8DdeftJpAAS36bxwjqbACjfIcF9VY0nvfBEFJdPUZlOvPo/s1600/1597836460031395-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc9LfdNUpxQZLEEPy5da1D71IZFEEzyOMK0BwLVD72DI_z896JMxFg4mTYFeve8tYBqVkOo1jI4Ic0fnVtTO3wNRQJkaO5S8DdeftJpAAS36bxwjqbACjfIcF9VY0nvfBEFJdPUZlOvPo/s1600/1597836460031395-0.png" width="400"> </a> </div></div><div><br></div><div>Ada penulis yang bisa menulis secara spontan tapi ada juga penulis yang memerlukan kerangka untuk membuat sebuah tulisan. Aku termasuk penulis yang membutuhkan kerangka dalam menulis cerita fiksi. Mengapa? <br></div><div><br></div><div>Sebuah kerangka dalam cerita fiksi membantu aku agar bisa menyelesaikan cerita sesuai dengan apa yang aku rancang. Selain itu, kerangka tulisan juga melindungi ceritaku agar tetap fokus pada apa yang ingin aku sampaikan sehingga tidak melebar kemana-mana. Ceritaku pun tampak lebih rapi dan terstruktur.</div><div><br></div><div>Tetapi, aku juga pernah menulis tanpa kerangka. Misalnya, untuk tulisan non-fiksi (esai). Setelah melakukan riset, aku akan menentukan judul. Bila judul tersebut telah sesuai dengan yang aku inginkan, barulah aku menyusun kalimat pembuka, lalu kalimat-kalimat berikutnya hingga menjadi sebuah paragraf yang utuh. </div><div><br></div><div>Setelah selesai dengan sebuah tulisan fiksi/non fiksi, aku akan membacanya kembali hingga beberapa kali sembari mengubah susunan kalimat yang menurut aku perlu diubah/diganti. Untuk bagian yang aku ganti, tak langsung aku hapus begitu saja. Seringnya, aku memindahkannya di bagian paling bawah dulu. Dengan begitu, aku masih dapat mengambilnya kembali bila memang diperlukan.</div>
<div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6qmBRfuDewE1A6rVaxnYiEGobZ4ZHU61Af1thTxpTEA9BMwNPgH6nWithJGqhT0KEKoc36k94XtfJ7Fzfs0T8j2dmCliOkVuScQQCdsSPcuV_JQ_OIoePxvYGLXiXzdUjDZkgA072sAs/s1600/1597836487348266-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6qmBRfuDewE1A6rVaxnYiEGobZ4ZHU61Af1thTxpTEA9BMwNPgH6nWithJGqhT0KEKoc36k94XtfJ7Fzfs0T8j2dmCliOkVuScQQCdsSPcuV_JQ_OIoePxvYGLXiXzdUjDZkgA072sAs/s1600/1597836487348266-0.png" width="400"> </a> </div></div><div><br></div><div>Aku sangat suka membaca buku terutama buku dalam bentuk fisik. Selain tak membuat sakit mata karena terlalu lama menatap layar, buku fisik memiliki aroma yang menurut aku sangat menggoda. Belakangan ini, aku malah betah duduk berjam-jam hanya untuk membaca buku. Aktivitas di rumah saja jadi lebih berarti dengan membaca buku. Aku bisa membaca selesai satu sampai dua buah buku dalam sehari-yang dulunya bahkan hanya beberapa halaman saja.<br></div><div><br></div><div>Menurut aku, membaca buku tak hanya sekedar membaca saja. Aku menyukai bacaan-bacaan yang bisa membuat aku berkontemplasi. Buku yang sebelum membacanya aku merasa semangat dan sesudah membacanya aku lebih semangat lagi. Sebab, buku yang bagus itu tak hanya memberikan pengetahuan baru tapi juga menghasilkan pemikiran baru bagi pembacanya.</div><div><br></div><div>Kamu akan menyadari sudah membaca buku bagus ketika kamu merasa masih ingin membacanya lagi dan lagi. Kamu tak merasa jenuh walau telah menghafal tiap bagiannya. Bahkan, kamu dengan sengaja menandai halaman tertentu yang menyimpan kalimat yang kamu sukai, yang begitu mengena di hatimu; menuliskannya kembali di buku catatanmu untuk kemudian kamu baca lagi bila kamu memerlukannya.</div>
<div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii2YCiqo6Eg0XqMs8I2URmyeMp_a914B4AqlAmbzoP1s3HXLSYDs8c2uxg2TwmtufGEvkGOHnuhDHY8TEVUqSgOi7SFHRfK4dgzOth8J6QxSf8ga5uRFJ258kru5CrFChZVm8LMnj8oSY/s1600/1584857323256270-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii2YCiqo6Eg0XqMs8I2URmyeMp_a914B4AqlAmbzoP1s3HXLSYDs8c2uxg2TwmtufGEvkGOHnuhDHY8TEVUqSgOi7SFHRfK4dgzOth8J6QxSf8ga5uRFJ258kru5CrFChZVm8LMnj8oSY/s1600/1584857323256270-0.png" width="400" /> </a> </div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> Kebanyakan orang menyukai cerita yang bagus. Cerita yang bisa mengajak orang-orang mencari dirinya hingga cerita yang membuat orang-orang menemukan dirinya. Itu sebabnya, lebih banyak orang yang memilih "belajar" lewat sebuah cerita. </div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 16px;"><br /></span></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 16px;">Sebuah cerita tak hanya harus menarik tapi juga sederhana. Setiap pesan yang terkandung dalam cerita dapat sampai kepada pembaca. Alurnya mudah dipahami dan kalimat-kalimatnya lugas. Itu yang menjadikan sebuah cerita tampak keren, menurut saya. </span></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 16px;"><br /></span></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 16px;">Seseorang pernah berkata padaku, agar menulis sesuatu yang mudah untuk dipahami oleh orang lain tapi tetap apa adanya dan jadilah pencerita yang baik. </span></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 16px;"><br /></span></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 16px;"><i>I will always remember it.</i></span></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 16px;"><br /></span></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 16px;">Banyak hal yang bisa dituangkan melalui sebuah cerita. Hal-hal tentang diri sendiri yang selama ini belum pernah dilihat oleh siapapun, bisa dituliskan dalam sebuah cerita. Suara-suara yang selama ini hanya bisa dipendam karena tak tahu bagaimana mengutarakannya, juga bisa dituangkan dalam sebuah cerita. Rasanya pasti sangat menyenangkan dan hati akan terasa lebih ringan setelah semua itu dikeluarkan. </span></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 16px;"><br /></span></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 16px;">Aku pernah membaca tapi lupa dimana bahwa kalau kamu bisa menjadi pembicara yang baik kamu juga pasti bisa menjadi pencerita yang baik. Berceritalah pada seseorang, lalu berceritalah pada banyak orang, kemudian berceritalah pada dunia. </span></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 16px;"><br /></span></div> </div> <div> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 16px;">Percayalah saat kamu mulai bercerita, akan ada semacam magic yang keluar dari dalam diri kamu. Latihlah magic itu sampai kamu sendiri bisa menciptakan magic bagi orang-orang yang ada di sekitar kamu.</span></div> </div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg36eAy9wfgjha7woGyqDPyLfPcdnRWN2JBXdpVe16mV0NMtDTV8RCU2vz1P81g_T2de-bDCHZdw88j5lopMSAKU-4tE_aWBlYcE3RP2JwrTRsJ_HjDbBnyfxJDKD-NzlfBBYtThandfPk/s1600/1588840382059562-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg36eAy9wfgjha7woGyqDPyLfPcdnRWN2JBXdpVe16mV0NMtDTV8RCU2vz1P81g_T2de-bDCHZdw88j5lopMSAKU-4tE_aWBlYcE3RP2JwrTRsJ_HjDbBnyfxJDKD-NzlfBBYtThandfPk/s1600/1588840382059562-0.png" width="400"> </a> </div></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Menulis akan lebih baik bila bisa dilakukan dengan konsisten. Tapi bagaimana caranya biar bisa tetap konsisten? Seringkali, kita malah langsung mandek manakala tak punya ide. Ujung-ujungnya kita jadi malas untuk menyelesaikan satu naskah.</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Berikut ini adalah tips agar kamu bisa konsisten dalam menulis:</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> 1. Niat</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Ketika kamu merasa tak punya ide dan ingin menyerah, kuatkan kembali niat kamu. Dengan niat yang kuat, yakinlah kamu pasti bisa menyelesaikannya. </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> 2. Tujuan</div> <div dir="ltr"> </div> <div style="text-align: justify;"> Kamu menulis untuk apa? Untuk siapa? </div> <div style="text-align: justify;"> Tanyakan pada diri kamu sendiri. Kalau kamu punya jawabannya maka kamu pasti akan berusaha mewujudkan tujuan itu. Saat kamu ingin berhenti menulis, ingatlah kembali apa yang menjadi tujuanmu dalam menulis? Siapa yang memotivasimu untuk terus menulis? Untuk siapa kamu menulis? Apa yang membuat kamu ingin terus menulis?</div> <br> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> 3. Target</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Tiap penulis punya target yang mesti dicapai. Buatlah target yang masuk akal, sesuai dengan kemampuan kamu. Setiap orang kan punya kapasitas yang beda-beda. Target orang lain bum tentu sanggup kamu penuhi. Begitu juga sebaliknya.</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> 4. Luangkan Waktu </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Selalu ada waktu untuk melakukan hal yang kita sukai dan kita cintai. Bener, kan? Kalau kamu sungguh-sungguh mencintai dunia menulis, bagaimana pun caranya kamu pasti akan berusaha menyisihkan sedikit waktu kamu untuk menulis. Walau hanya satu-dua kalimat, tidak apa-apa kok. Itu sudah satu kemajuan yang bagus.</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> 5. Jadikan Kebiasaan</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Kalau kamu yakin menulis adalah passion kamu, mari jadikan menulis sebagai kebiasaan. Latihan terus. Ibarat kamu makan nasi setiap hari. Dengan begitu, kamu akan konsisten menulis dengan sendirinya. Selain menjadi konsisten, kebiasaan menulis juga bisa menambah pengetahuan kosakata kamu dan membuat kamu lebih fasih dalam menyusun kalimat dalam percakapan sehari-hari.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuK0Dtwf-kf7AecX3XNOnm_K-uL7tKknchU06MSFJkjGmNqb8B19J4l2hV4a6vaP5WhAcknYgE_jXFBth5jI1rxCOzGrS_uvFRkoXYC4GC7R9WcVDMxbcPgN3am6YL-6Jp4DYseMUpwkM/s1600/1588840913672908-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuK0Dtwf-kf7AecX3XNOnm_K-uL7tKknchU06MSFJkjGmNqb8B19J4l2hV4a6vaP5WhAcknYgE_jXFBth5jI1rxCOzGrS_uvFRkoXYC4GC7R9WcVDMxbcPgN3am6YL-6Jp4DYseMUpwkM/s1600/1588840913672908-0.png" width="400"> </a> </div></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Aku tak pernah bercita-cita ingin menjadi seorang penulis. Aku hanya seorang yang senang membaca. Novel fiksi dan cerita-cerita pendek adalah jenis bacaan kesukaanku. Saking senangnya, ada beberapa kisah yang membuatku enggan menuntaskannya. Tapi, ada juga cerita yang sangat kusayangkan endingnya. Pernah sesekali aku membayangkan bagaimana jika aku sendiri yang mengarang cerita-cerita tersebut. Tentu itu akan membawa kepuasan tersendiri. </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Aku tak hanya menjadi pembaca saja tapi juga menjadi penulis. Tak sekadar membaca tapi juga memiliki sesuatu untuk dibaca. </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Hingga pada suatu hari aku tertarik pada sebuah lomba. Hadiahnya tidak besar. Tak ada uang. Hanya ada bukti berupa buku terbit. Entah mengapa aku merasa ingin sekali mencobanya. Setelah membaca persyaratan lombanya, aku pun memulai karya pertamaku.</div> <div dir="ltr"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br></div> <div style="text-align: justify;"> Tapi ...</div> <br> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> "Apa yang harus kutulis?"</div> <div dir="ltr"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br></div> <div style="text-align: justify;"> Pertanyaan itu menyergapku seketika. Butuh waktu yang panjang untuk menemukan jawabannya. Rak buku menjadi salah satu jalan yang kupilih untuk mencari jawabannya. </div> <div style="text-align: justify;"> <br></div> <div style="text-align: justify;"> Kucari lagi kisah-kisah yang meninggalkan kesan mendalam untukku kemudian membacanya kembali. Sembari membaca, aku mencatat tiap alur dari kisah tersebut. Aku membuat ringkasannya lalu mempelajari struktur membangun sebuah cerita.</div> <br> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Dari situ aku mulai merangkai kisah yang aku inginkan. Merajutnya perlahan-lahan menjadi satu cerita penuh dan utuh. Tugasku belum selesai walau kisah itu sudah terasa lengkap. Ketika aku membacanya lagi beberapa hari kemudian, masih kutemukan banyak lubang tanya.</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Kutelusuri kembali bagian yang menurutku mengganjal itu. Kuatur kembali alurnya dan mengubah sana-sini. Ketika aku merasa sudah cukup, kudiamkan kembali sampai beberapa hari.</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Saat membacanya lagi dan lagi, barulah aku mengirim naskah itu. Dalam hati aku sungguh berharap-harap naskah itu "sampai" pada dewan juri - tak hanya naskah secara fisik tapi juga isinya. Aku begitu cemas menantikan waktu pengumuman untuk pemenang lomba - yang pada akhirnya tak kumenangkan juga. </div> <div dir="ltr"> </div> <div style="text-align: justify;"> <br></div> <div style="text-align: justify;"> Kalah bukan berarti tak bisa.</div> <div style="text-align: justify;"> Kalah bukan akhir dari segalanya.</div> <br> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Setelah hari itu, tak kusangka semangatku malah kian menggebu. Kucoba dan kucoba lagi. Tapi selalu gagal yang kuperoleh. Aku putus asa namun belum ingin menyerah. </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Bagiku, menulis sungguh asyik. Menulis tak hanya membantuku memahami pikiranku tapi juga menolongku menemukan solusi dengan lebih cepat. Otak pun rasanya bisa bekerja (berpikir) dengan lebih terstruktur. Pikiran yang seringkali tercabang-cabang dan tak tahu harus bagaimana, akhirnya menemukan jalannya sendiri ketika kutuliskan di kertas. </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Menulis pun punya waktu sendiri dalam waktu dua puluh empat jamku. Walau kadang tak sampai lima belas menit, aku berusaha meluangkan waktu untuk membuat beberapa kalimat. </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Aku begitu senang bisa membuat satu cerita utuh dan membagikannya pada kalian. Selain ingin menghibur, ada pesan yang kuselipkan dalam tiap ceritaku. Komentar dan tanggapan positif-negatif menjadi semangat baru dalam hidupku yang awalnya belum menemukan tujuan.</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Kini, portal-portal digital yang dapat mengunggah tulisan kian banyak bermunculan. Semoga kelak semakin banyak orang yang suka menulis. Sebab, kegiatan menulis bisa menjadi salah satu kegiatan positif untuk mengembangkan diri. Akan lebih baik lagi bila ingin menjadikannya sebuah profesi. Tentunya ada honor yang bisa didapatkan dari tiap naskah yang lolos di media nasional maupun media daring.</div>
<div dir="ltr"> </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg73n0WIzpBwgnp4cYKyLVOb2XaQzNIG6HWg6-SLRnxCghnodMh1UKRkuEU2Xxj-yEuydpdjilZNEmS3uGhC94-1bYLlc6g6dUx5eg4lpK2DVPzOKcEnyIle6-RtuXf3fdD2Djnb5-2gtE/s1600/1583528053299375-0.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg73n0WIzpBwgnp4cYKyLVOb2XaQzNIG6HWg6-SLRnxCghnodMh1UKRkuEU2Xxj-yEuydpdjilZNEmS3uGhC94-1bYLlc6g6dUx5eg4lpK2DVPzOKcEnyIle6-RtuXf3fdD2Djnb5-2gtE/s1600/1583528053299375-0.png" width="400" /> </a> </div> <br /> <div dir="ltr"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Lima tahun terakhir ini saya senang berburu buku-buku bekas, buku fiksi dan buku non fiksi. Harganya yang lebih murah membuat saya dapat membawa pulang lebih banyak buku dibanding biasanya. Selain itu, saya juga bisa menemukan buku-buku yang terbilang langka, seperti novel fiksi terjemahan dan buku biografi dari tokoh terkenal.</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Meski dijual dengan harga miring sebenarnya buku-buku bekas masih memiliki kualitas yang bagus. Pinggiran kertasnya yang agak menguning pun tak mengurangi isi buku. Buku itu tetap nyaman dibaca (mungkin karena saya memang menyukai aroma buku lama). Saya tetap bisa mendapatkan informasi yang saya inginkan dan butuhkan. </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Namun tak jarang juga saya menemukan buku bekas yang jauh lebih mahal dari buku aslinya. Menjengkelkan memang. Tapi mau bagaimana lagi bila buku tersebut sangat dibutuhkan.</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Sebelum memutuskan untuk membeli sebuah buku, seringkali saya mengubek-ubek seluruh stok buku yang dijual lalu memilih buku terbaik menurut saya. Setelah dibawa pulang, buku-buku tersebut disampul dengan rapi kemudian dipajang di rak buku bersama buku lainnya. </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Saat menatap deretan buku-buku itu pada suatu hari, saya menyadari satu hal. Andai saya tak mengatakannya sendiri, orang-orang tak akan mengetahui mana buku yang dibeli dari toko buku dan mana buku yang dibeli dari bazar buku bekas. Benar, kan?</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Saya membeli sebuah buku baru pada hari ini. Lalu, saya menyimpannya hingga empat sampai lima tahun kemudian, kondisinya pasti tak jauh berbeda dengan buku yang baru saya beli di bazar buku bekas. Perbedaannya adalah kalau membeli buku baru saya sudah bisa membaca isinya terlebih dulu dan tak harus menunggu hingga beberapa tahun kemudian.</div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Seringkali saya justru prihatin melihat buku-buku yang terpajang di bazar buku bekas. Sebagian besar buku yang dijual disitu bahkan masih tersampul dengan rapi (sampul dari pabrik). Sebab, saya tahu ada kerja keras yang luar biasa dari para penulisnya untuk menulis satu buah buku. </div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> <br /></div> <div dir="ltr" style="text-align: justify;"> Ketika masih kuliah, ada beberapa buku yang ingin sekali saya beli. Namun, ketika melihat harga yang tertera, saya agak terkejut. Kendati demikian, saya tetap berusaha mencari cara untuk membeli buku tersebut. Memang benar tak semua orang bisa membeli buku dengan harga yang telah ditetapkan penerbit. Saya pun memahami itu. Akan tetapi, ada baiknya bila kita dapat menghargai usaha dan kerja keras tiap penulis dengan membeli bukunya.</div>