Tuesday, November 26, 2019

Aku dan Buku



Lima tahun terakhir ini saya senang berburu buku-buku bekas, buku fiksi dan buku non fiksi. Harganya yang lebih murah membuat saya dapat membawa pulang lebih banyak buku dibanding biasanya. Selain itu, saya juga bisa menemukan buku-buku yang terbilang langka, seperti novel fiksi terjemahan dan buku biografi dari tokoh terkenal.

Meski dijual dengan harga miring sebenarnya buku-buku bekas masih memiliki kualitas yang bagus. Pinggiran kertasnya yang agak menguning pun tak mengurangi isi buku. Buku itu tetap nyaman dibaca (mungkin karena saya memang menyukai aroma buku lama). Saya tetap bisa mendapatkan informasi yang saya inginkan dan butuhkan.

Namun tak jarang juga saya menemukan buku bekas yang jauh lebih mahal dari buku aslinya. Menjengkelkan memang. Tapi mau bagaimana lagi bila buku tersebut sangat dibutuhkan.
Sebelum memutuskan untuk membeli sebuah buku, seringkali saya mengubek-ubek seluruh stok buku yang dijual lalu memilih buku terbaik menurut saya. Setelah dibawa pulang, buku-buku tersebut disampul dengan rapi kemudian dipajang di rak buku bersama buku lainnya.

Saat menatap deretan buku-buku itu pada suatu hari, saya menyadari satu hal. Andai saya tak mengatakannya sendiri, orang-orang tak akan mengetahui mana buku yang dibeli dari toko buku dan mana buku yang dibeli dari bazar buku bekas. Benar, kan?

Saya membeli sebuah buku baru pada hari ini. Lalu, saya menyimpannya hingga empat sampai lima tahun kemudian, kondisinya pasti tak jauh berbeda dengan buku yang baru saya beli di bazar buku bekas. Perbedaannya adalah kalau membeli buku baru saya sudah bisa membaca isinya terlebih dulu dan tak harus menunggu hingga beberapa tahun kemudian.

Seringkali saya justru prihatin melihat buku-buku yang terpajang di bazar buku bekas. Sebagian besar buku yang dijual disitu bahkan masih tersampul dengan rapi (sampul dari pabrik). Sebab, saya tahu ada kerja keras yang luar biasa dari para penulisnya untuk menulis satu buah buku.

Ketika masih kuliah, ada beberapa buku yang ingin sekali saya beli. Namun, ketika melihat harga yang tertera, saya agak terkejut. Kendati demikian, saya tetap berusaha mencari cara untuk membeli buku tersebut. Memang benar tak semua orang bisa membeli buku dengan harga yang telah ditetapkan penerbit. Saya pun memahami itu. Akan tetapi, ada baiknya bila kita dapat menghargai usaha dan kerja keras tiap penulis dengan membeli bukunya.
Comments


EmoticonEmoticon